Teleskop Radio Raksasa



SIDNEY – Sebuah teleskop radio raksasa generasi mendatang tengah dibangun di Australia dan Afrika Selatan (Afsel). Proyek bernama Square Kilometre Array (SKA) tersebut melibatkan dana sekitar 1 miliar euro. SKA merupakan area luas sekumpulan antena yang akan memindai angkasa raya demi memperkuat studi astronomi.
Jika teleskop biasa dapat meneropong antariksa di masa kini, teleskop radio mampu menganalisis kondisi jagat raya di masa silam. Salah satu fokus utamanya adalah menguji coba teori Albert Einstein ihwal gravitasi. Studi lain yang tidak kalah menarik adalah pencarian kebenaran tentang keberadaan mahluk angkasa luar alias Extra Terrestrial (ET).
Secara teknis, Australia dan Afsel dipilih karena keduanya memenuhi kriteria sebagai tempat bertemunya dua teleskop raksasa tersebut. Untuk Australia, SKA akan ditempatkan di stasiun Muleura, sekitar 100 kilometer sebelah barat Meekathara, di Australia Barat. Di Afsel, SKA berlokasi di Karoo Cape Utara, kurang lebih 95 kilometer dari Carnarvon. SKA ini terdiri atas ribuan antena yang tersebar di area sepanjang 3000 kilometer. Fasilitas ini akan melibatkan sejumlah negara yang saling bertetangga. Kunci teknis dari stasiun ini berupa sinyal radio buatan manusia dengan level sangat rendah. Sinyal ini akan menjadi kunci utama untuk memasuki gelombang radio kosmik. Untuk itulah, teleskop ini sengaja dirancang.

Kendala
Ada sedikit kendala dalam mengoperasikan SKA ini kelak. Frekuensi yang digunakan otomatis akan terganggu sinyal ponsel dan transmisi TV setempat. Saat ini saja, lumayan banyak gangguan yang ditimbulkan oleh sinyal ponsel dan TV terhadap fasilitas astronomi radio di sejumlah negara di dunia. "Berarti pemerintah Australia dan Afsel harus membuat sejumlah kebijakan untuk mengatur infrastruktur komunikasi dan datanya," komentar Profesor Phil Diamond, dewan pengurus International SKA deperti yang dilansir BBC News belum lama ini.
Sama seperti proyek-proyek besar sains abad ke-21 lainnya, satu negara saja tidak akan mampu menjalankannya sendirian, baik dari sisi pendanaan maupun penelitian. Tujuan dari proyek ini adalah membangun sebuah radio teleskop yang membutuhkan area satu juta meter persegi atau setara dengan 200 lapangan bola. Sejauh ini, teknologi yang dikembangkan sudah mencapai sekitar 50 persen. Yang diperlukan sekarang adalah menambah area seluas ratusan atau bahkan ribuan kilometer, kemudian melakukan pengiriman data untuk dikombinasikan dengan stasiun pusat. Teknik ini dikenal dengan istilah iterferometri yang sudah banyak dipakai para pakar astronomi saat ini.
SKA ini akan menginvestigasi sumber-sumber cahaya di antariksa yang memiliki radiasi mulai dari skala panjang gelombang sentimeter hingga meter. Tingkat sensitivitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan teleskop yang ada saat ini. Dengan teknik ini, para ilmuwan akan mampu melihat keberadaan hidrogen di bintang-bintang dan galaksi di masa silam yang terbentuk setelah Big Bang.
Selain itu, teleskop ini juga akan memetakan pengaruh ruang magnetik pada perkembangan bintang-bintang dan galaksi. SKA akan memperbesar citra pusar, yakni bintang-bintang mati yang memancarkan sinyal radio membentang bumi.

0 komentar:

Posting Komentar